Rabu, 22 April 2015

Kulkas, Rumahnya Mikroba?

Kulkas, Rumahnya Mikroba?
“Siapa sangka kulkas yang berfungsi untuk menjaga agar makanan aman dan meminimalisasi peluang bakteri dan jamur tumbuh, ternyata disebut-sebut sebagai rumahnya bagi para mikroba oleh para Peneliti. --à Ada jenis mikroba apakah itu?”


Meskipun isi dari lemari pendingin atau kulkas Anda mungkin terlihat mengundang selera, namun itu merupakan sarang kuman. Hal tersebut terungkap dalam studi terbaru yang dirilis oleh the Microban Europe. Para peneliti mengungkapkan bahwa kulkas adalah sarang tersembunyi bagi berbagai kuman berbahaya, termasuk E. colli, Salmonella dan Listeria. Bakteri-bakteri tersebut ditemukan di laci sayuran saja.

Paul McDonnell memimpin riset mengenai mikroba dalam kulkas, Hasil tes dari 30 laci sayuran yang berbeda menunjukkan jumlah mengejutkan dari bakteri yang terdapat di dalamnya. Rata-rata 7.850 unit koloni pembentuk bakteri per cm2 (cfu/cm2). Pada kasus tertentu, ditemukan 129 ribu bakteri per cfu/cm2.
“Bakteri Listeria dapat menginfeksi manusia bisa berasal dari makanan-makanan yang terkontaminasi --> Bagaimana mikroba tersebut memperoleh nutrisinya?”
Seperti semua organisme, bakteri membutuhkan energi, dan mereka dapat memperoleh energi ini melalui sejumlah cara yang berbeda. Salah satu bakteri dikenal sebagai dekomposer memecah limbah dan organisme mati menjadi molekul yang lebih kecil dan dapat menimbulkan pembusukan. Bakteri ini menggunakan substrat organik, mereka memecah untuk mendapatkan energi karbon, dan nutrisi yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup (Irianto, 2006).

Listeria dapat berpindah ke tubuh manusia menjadi parasit dan dapat menyebabkan penyakit.  Bakteri Listeria yang menginfeksi manusia bisa berasal dari makanan-makanan yang terkontaminasi listeria seperti, makanan mentah (daging mentah, ayam mentah, telur mentah, ikan mentah, sayuran mentah/lalapan), susu dan produk susu (keju) yang tidak dipasteurisasi, sayur-sayuran dan buah-buahan yang tidak dicuci bersih. Bakteri listeria dapat hidup dan mudah menyebar ke seluruh bagian kulkas dan ikut mengontaminasi makanan lainnya yang ada di dalam kulkas. Awalnya dari makanan tersebut lah Listeria dan mikroba lainnya  mengambil nutrisi, kemudian jika makanan tersebut termakan manusia, maka manusia tersebut akan terinfeksi Listeria dan menyebabkan penyakit Listeriosis.

Menurut McDonnel, beberapa pemilik kulkas secara rutin mengeluarkan makanan dari lemari es dan mengelap interiornya, serta membersihkan laci sayuran secara terpisah. "Namun, sebagian yang lain sama sekali tak pernah membersihkannya dan dari sinilah problem muncul,” ungkap McDonnell. Saat ini standar jumlah bakteri yang direkomendasi oleh Komisi Eropa untuk penyimpanan dan persiapan adalah 0-10 bakteri per cfu/cm2. Itu baru bisa digolongkan kulkas yang bersih.

“Saya mempunyai kebiasaan mengeluarkan dan memasukkan buah  yang dikonsumsi ke dalam lemari es.   Ketika akan memakannya, Saya terheran-heran buah yang ada di lemari es tersebut bisa membusuk. Mengapa bisa seperti itu? --à Bagaimana pertumbuhan bakteri yang terjadi?”

Pertumbuhan mikroba dipengaruhi berbagai faktor lingkungan, salah satunya adalah suhu.  Suhu yang optimum membuat pertumbuhan mikroba sangat cepat.   Berdasarkan reaksi pertumbuhan terhadap suhu,  mikroba dikelompokkan menjadi:
1.      Mikroorganisme psikrofil yaitu mikroorganisme yang suka hidup pada suhu yang dingin -15oC sampai 20oC, dapat tumbuh paling baik pada suhu optimum dibawah 10oC.
2.      Mikroorganisme mesofil, yaitu mikroorganisme yang dapat hidup pada suhu 5/10oC sampai 45oC, mempunyai suhu optimum di antara 30oC sampai 37oC
3.      Mikroorganisme termofil, yaitu mikroorganisme yang tumbuh optimal atau suka pada suhu yang tinggi, mikroorganisme ini sering tumbuh pada suhu diatas 40oC, bakteri jenis ini dapat hidup di tempat-tempat yang panas bahkan di sumber-sumber mata air panas bakteri tipe ini dapat ditemukan, pada tahun 1967 di yellow stone park ditemukan bakteri yang hidup dalam sumber air panas bersuhu 93-94oC (Unus, 1987).
Adapun suhu lemari es:  Suhu terendah dalam lemari es -15oC  sampai -7,2oC,  dan suhu tertinggi dalam lemari es adalah 1,7oC sampai 10,6 oC.

“Fakta bahwa menyimpan makanan di lemari es tidak mematikan bakteri rupanya masih belum banyak dipahami oleh sebagian besar masyarakat kita saat ini. --à Suhu rendah dapat menjadi pengontrolnya”

Pada kehidupan sehari-hari, makanan dan minuman sering kita masukan ke dalam lemari es.  Suhu rendah sampai dengan -5oC tidak dapat merusak sel-sel mikroba, melainkan hanya memperlambat pertumbuhannya saja, membuat metabolisme mikroba berhenti sementara [dorman] (Buckle, et al, 1987:41).  Jadi, jika makanan dan minuman dimasukkan ke dalam lemari es, sebenarnya tidak menghilangkan mikroba yang ada dalam makanan atau minuman itu.  Bahkan beberapa bakteri psikrofil masih dapat hidup, pada suhu -15oC.  Jadi suhu, adalah cara pengawetan yang mempertahaankan mikroba  yang ada di dalamnya.  Suhu lemari es hanya menurunkan jumlah mikroba. Mengingat ada beberapa jenis bakteri ber-spora dan dapat bertahan hidup di bawah suhu minus nol derajat celcius maka jangan heran walaupun sudah disimpan di lemari es, makanan akan membusuk, sebagai akibat dari kontaminasi bakteri baik dari makanan lain atau dari makanan itu sendiri. Masalah ini tentu akan mempengaruhi kesehatan Anda. Apalagi, kontaminasi bakteri tersebut tidak serta merta hilang begitu saja saat masakan tersebut dimasak.

“Bagaimana caranya agar makanan yang disimpan di lemari es tidak terkontaminasi mikroba hingga tidak cepat membusuk?  --à Tips-tips Aman ^__^”

Lakukan antiseptik atau sterilisasi, sebelum memasukkan makanan ke dalam lemari es.  Buah-buahan dan sayur mayur dan dimasukkan ke dalam lemari es, dapat dicuci terlebih dahulu menggunakan sabun khusus makanan atau merendamnya sebentar cukup 2 detik saja, dalam air panas.  Pencucian dengan sabun khusus makanan yang mengandung antisptik dapat membunuh beberapa bakteri patogen,  begitu pun perendaman dalam air panas akan membunuh mikroba.  Tidak seperti suhu dingin yang hanya menghambat metabolisme mikroba, suhu panas dapat merusak sel-sel mikroba terutama psikrofil dan mesofil.  Walaupun tidak steril sampai 100%, makanan yang sudah dicuci dengan sabun makanan dan direndam air panas lebih sedikit kandungan mikroba patogen atau pembusuk dari pada yang tidak.  Lebih baik lagi membungkus makanan yang sudah ‘steril’ dengan plastik makanan, sehingga terhindar dari kontaminasi mikroba lain yang mungkin menghuni lemari es.
1.      Hindari memasukan dan mengeluarkan makanan/minuman dalam lemari es. Mungkin kita sering memasukkan dan mengeluarkan makanan dalam lemari es.  Pada saat kita mengeluarkan makanan/minuman dalam lemari es, maka mikroba yang ada di dalamnya akan aktif kembali melakukan metabolisme dan kerusakan terhadap makanan/minuman pun terjadi.  Ketika makanan/minuman yang sudah dikeluarkan itu dimasukkan kembali ke dalam lemari es, maka metabolisme terhenti kembali.  Tetapi jika satu makanan terus menerus dikeluarkan dan dimasukkan dalam lemari es, maka mikroba akan menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan memungkinkan terjadi mutasi yang cepat, mikroba menjadi tahan dalam suhu dingin, dan terus menerus melakukan pembusukan.  Maka jangan heran, walaupun sudah dimasukkan dalam lemari es, susu cair yang terus menerus dimasukkan dan dikeluarkan dapat basi juga.
2.      Simpan makanan/minuman dalam suhu yang sesuai.  Menyimpan makanan dalam lemari es, memang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga tidak cepat membusuk.  Tetapi penyimpanan yang salah menyebabkan warna (penurunan pigmen atau terjadi reaksi pencoklatan), tekstur (perusakan gel, denaturasi protein, dan pengerasan), rasa (pembentukan bau dan rasa yang menyimpang, misalnya tengik)  bahkan zat gizi pada  makanan (rusaknya vitamin C, lemak tak jenuh, dan asam amino esensial).  Pada lemari es, sudah disusun menjadi 4 zona zona penyimpan sayur dan buah, zona tengah, zona penyimpanan daging dan ikan, dan zona pembeku untuk menyimpan es krim dan pembuatan es.  Simpanlah makanan sesuai zona yang sudah diatur dalam lemari es.


Referensi :
Buckle, K.A., et al.  Ilmu Pangan.  Jakarta: UI Press. 1987.  
Irianto, koes. Mikrobiologi Jilid 1. Bandung: Yama Widya. 2006.
Unus, Sunawiria, Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: PT. Angkasa. 1985.